maraksenja.wordpress.com
Semoga yang Tak Sekadar Harap | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2015/06/20/semoga-yang-tak-sekadar-harap
Dinamika PMII dan Corak Islam Indonesia. 8216;Fallacy’ →. 20 Juni 2015 · 2:28 am. Semoga yang Tak Sekadar Harap. Ramadhan kali ini, 1436 H, masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, kujalani di Kota Solo dengan status masih sebagai mahasiswa tentunya. Bedanya, kini tanggung jawab lebih besar melekat pada diriku, keresahan dan kegundahan yang muncul jauh lebih besar daripada sebelum-sebelumnya, dan niat untuk berbenah juga sangat besar. Khusus yang paling akhir ini semoga tak sekadar harapan palsu. Belaka...
maraksenja.wordpress.com
Marak Senja | — Karena Indahnya Senja Bertutur Lewat Pesona | Laman 2
https://maraksenja.wordpress.com/page/2
Pos-pos selanjutnya →. 13 Maret 2016 · 3:19 am. Hei, aku masih di sini saja. Tenang. Dan aku baik-baik saja. Tak usah khawatir. Aku sedang membaca Amba. Di dalamnya kutemukan kutipan kalimat yang rasanya pas untuk saat ini, yang sedang sering turun hujan. Baca lebih lanjut →. Filed under Ruang Bebas. 13 Maret 2016 · 3:04 am. Jika segelas kopi dan sebatang rokok sudah kusulut, maka pelengkapnya ialah buku bacaan atau buku catatan harian beserta penanya. Aku sedang serius. Tak bisa kau tawar lagi. Kuhitung...
maraksenja.wordpress.com
Profil | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/profil
Seorang pengagum senja yang lahir di lingkungan santri, Kabupaten Pekalongan. Mencintai Nusantara dengan segala keanekaragamannya. Selain kepada kedua orang tuaku tercinta, ingin sekali rasanya membaktikan diri pada Indonesia meski barang menjaga sejengkal tanahnya agar tetap subur. Maraksenja@gmail.com, jika ingin berkomunikasi dengan penulis. Tinggalkan Balasan Batalkan balasan. Ketikkan komentar di sini. Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:. Alamat takkan pernah dipublikasikan).
maraksenja.wordpress.com
Yang Kini Hilang | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/31/yang-kini-hilang
Entahlah, Wahai Indonesia! 31 Desember 2014 · 3:39 am. Hilang dalam kelam/google.com. Teguh, betapa teguh. Luntur bagai debu yang didesir angin. Hilang, kelam digerus roda. Semua tunduk dalam kefanaan. Tak ada lagi teguh. Yang ada hanya kompromi. Dunia yang begitu kelam. Diri yang kian lemah. Akhirnya tunduk pada harimau buas. Hingga penggembala menjadi buta arah. Domba pun kian tersesat. Tersesat dalam hidup yang kian menyesatkan. Ada satu tapi tak bisa menyatu. Semua terbakar lagi menjadi satu. Adil Se...
maraksenja.wordpress.com
Dinamika PMII dan Corak Islam Indonesia | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2015/04/23/dinamika-pmii-dan-corak-islam-indonesia
Entahlah, Wahai Indonesia! Semoga yang Tak Sekadar Harap →. 23 April 2015 · 10:28 am. Dinamika PMII dan Corak Islam Indonesia. Oleh: Ahmad Rodif Hafidz [1]. Sejak didirikan pada tanggal 17 April 1960 (17 Syawal 1379 Hijriyah) di Surabaya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu organisasi kemahasiswaan yang mampu memberikan pengabdian secara nyata bagi bangsa Indonesia. Kini di usianya yang menginjak 55 tahun, melalui pelbagai dinamika yang ada PMII ...
maraksenja.wordpress.com
Marak Senja | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/24/marak-senja
Nyastra yang Peka →. 24 Desember 2014 · 5:56 am. Mentari senja terapit nyiur/google.com. Jika boleh memilih waktu, maka senjalah yang bakal kupilih. Mudah saja, bagiku senja itu indah. Senja selalu menuturkan banyak kisah sebelum hari berubah menjadi gelap, setidaknya kepadaku. Lewat pesonanya, meski ia hanya diam, kisah demi kisah tak pernah lupa ia bagikan, setidaknya kepadaku. Marak Senja. Ya, dalam bahasa Jawa yang halus, kata. Tagged as Bahasa Jawa. Nyastra yang Peka →. One response to “. Tinggalkan...
maraksenja.wordpress.com
Untuk Gus Dur, Nilai yang Tak Pernah Padam | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/30/untuk-gus-dur-nilai-yang-tak-pernah-padam
30 Desember 2014 · 4:47 am. Untuk Gus Dur, Nilai yang Tak Pernah Padam. Gus Dur yang menentramkan/google.com. Cinta, kasih, dan damai. Terus berjuang meski dalam batas. Teguh kaubela kaum tertindas. Tak butuh citra diri. Pun tak haus akan materi. Kaulah semar yang gigih mengabdi. Jenakamu menjadi kisah abadi. Laris terpajang di layar televisi. Bukan sekadar jenaka tanpa makna. Melainkan tersemat pesan bagi bangsa. Ketulusanmu menjadi kisah abadi. Tercatat dalam sejarah hidup manusia. Tagged as Guru Bangsa.
maraksenja.wordpress.com
Entahlah, Wahai Indonesia! | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/31/entahlah-wahai-indonesia
Dinamika PMII dan Corak Islam Indonesia →. 31 Desember 2014 · 3:47 am. Entahlah, Wahai Indonesia! Potret Kemiskinan di Indonesia/google.com. Meradang bagai menelan api. Kau bakar setiap yang hidup. Kau bantai setiap napas yang ada. Membabi buta tiada ampun. Becek darah yang tak terlihat pun tertumpah. Tangis bukan lagi ritual namun keniscayaan. Miskin tiada harta kian sengsara. Lapar tiada pangan dianggap gurauan. Buta tiada cahaya dibikin tawa. Sapi potong tak bisa mengisi perut yang kosong. Bersandar p...
maraksenja.wordpress.com
Gejolak | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/31/gejolak
Untuk Gus Dur, Nilai yang Tak Pernah Padam. Yang Kini Hilang →. 31 Desember 2014 · 3:33 am. Sendiri dalam malam/google.com. Semilir angin malam menusuk raga. Menerbangkan dedaunan yang telah menua. Mereka terbang dalam malam yang gelap gulita. Terbawa angin yang entah tak jelas arahnya. Langit malam dan gumpalan awan teduh. Betapa dingin menyelimuti tubuh yang rapuh. Terhempaslah wajahku yang begitu lusuh. Hanyut, melebur pada ruang kumuh. Bagai bayi suci tanpa pengasuh. Guratan cahaya lampu temaram.
maraksenja.wordpress.com
Kembali Merindu | Marak Senja
https://maraksenja.wordpress.com/2014/12/29/kembali-merindu
Untuk Gus Dur, Nilai yang Tak Pernah Padam →. 29 Desember 2014 · 3:47 am. Ada gejolak dalam diam. Satu yang terus berulang. Rasa yang terus membelenggu. Adalah rindu yang menembus batas. Hujan gerimis siang dan malam. Buat diri kian meradang. Mengingatmu hanyalah kesal yang ada. Yang tak pernah mendekat. Terus menjauh dalam diamku. Di tengah hujan, aku hanya mampu membisu. Untuk Gus Dur, Nilai yang Tak Pernah Padam →. Tinggalkan Balasan Batalkan balasan. Ketikkan komentar di sini.